Skip to content
logo 3 s

Sinergi Membangun Negeri

Primary Menu
  • HOME
  • Daerah
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Nasional
  • Olahraga
  • Opini
  • Pendidikan
  • Politik
  • Daerah
  • Ekonomi

Harga Singkong Tertekan, Pemprov Lampung Perkuat Kemitraan Petani dan Industri Tapioka

Redaksi 11 Oktober 2025
Foto: Ist

PERISAI LAMPUNG.COM — HARGA singkong dunia saat ini tengah tertekan akibat melemahnya permintaan tapioka global. Kondisi tersebut berdampak langsung pada industri pengolahan dan para petani di Indonesia, termasuk di Provinsi Lampung yang selama ini menjadi salah satu sentra produksi singkong nasional.

Di tingkat internasional, penurunan permintaan paling signifikan terjadi pada sektor kertas dan pangan—dua sektor utama pengguna pati singkong. Data Asosiasi Perdagangan Tapioka Thailand mencatat harga ekspor tapioka (FOB Bangkok) merosot dari kisaran US$568 per ton pada awal 2024 menjadi hanya US$405–450 per ton pada Agustus 2025.

Tekanan harga global ini turut memukul harga singkong di dalam negeri. Pada April 2025, harga di tingkat petani sempat anjlok hingga Rp1.000–1.100 per kilogram, bahkan dengan pemotongan kualitas (rafaksi) mencapai 40 persen. Meski pemerintah pusat telah menetapkan harga dasar singkong sebesar Rp1.350 per kilogram untuk melindungi petani, kebijakan tersebut belum sepenuhnya efektif karena lemahnya penyerapan industri dan fluktuasi pasar yang masih tinggi.

Seiring dengan penurunan permintaan global, sejumlah pabrik besar di Asia—termasuk di Thailand dan Vietnam—terpaksa mengurangi pembelian bahan baku. Dampaknya, industri pengolahan tapioka di Indonesia juga mengalami perlambatan produksi dan kesulitan menyalurkan produk ke pasar ekspor.

Menanggapi situasi tersebut, Pemerintah Provinsi Lampung mengambil langkah strategis dengan memperkuat pola kemitraan antara petani dan industri tapioka. Upaya ini diharapkan dapat menjaga keseimbangan tata niaga singkong, melindungi petani dari fluktuasi harga, sekaligus mempertahankan daya saing industri pengolahan di tengah tekanan pasar global.

Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Provinsi Lampung, Mulyadi Irsan, menjelaskan bahwa Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal telah memberikan arahan agar kemitraan yang sehat dan berkeadilan antara petani dan industri terus diperkuat.

“Keberhasilan sektor singkong Lampung tidak hanya diukur dari harga semata. Hubungan yang kuat dan saling menguntungkan antara petani dan pabrik merupakan kunci utama agar keduanya bisa tumbuh bersama,” ujar Mulyadi.

Langkah ini menjadi bagian dari komitmen Pemerintah Provinsi Lampung untuk menjaga stabilitas sektor pertanian dan industri pengolahan, sekaligus memastikan kesejahteraan petani tetap terlindungi di tengah tantangan ekonomi global. (Rls)

About the Author

Redaksi

Administrator

Visit Website View All Posts

Post navigation

Previous: Bupati Ardito dan FKUB Lampung Perkuat Sinergi Jaga Kerukunan Umat di Lampung Tengah
Next: UIN Raden Intan Lampung Pertahankan Predikat Kampus Berkelanjutan Versi UI GreenMetric 2025

Related Stories

IMG_20251105_191132
  • Daerah

Pemprov Lampung Paparkan Inovasi Manajemen Talenta ASN di Forum BKN Jakarta

Redaksi 5 November 2025
IMG-20251028-WA0043(1)
  • Ekonomi

Melalui Program TJSL, PLN Beri Bantuan Komputer ke SMP Muhammadiyah 2 Gading Rejo

Redaksi 28 Oktober 2025
IMG20251027092347-1024x461.jpg
  • Daerah

Seminar Kajian Koleksi, Museum Lampung Bahas Koleksi Master Piece

Redaksi 27 Oktober 2025
Alamat : JALAN LINTAS BARAT - TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG - INDONESIA
EMAIL : PERISAILAMPUNG@GMAIL.COM
Telepon :08xx-xxxx-xxxx
  • REDAKSI
  • TENTANG KAMI
  • DISCLAIMER
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
Copyright ©perisailampung | MoreNews by AF themes.